Foto: KPU Kota Surabaya |
LintasPortal.com - Tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Surabaya masih menjadi sorotan utama. Meski kontestasi Pilkada Surabaya selesai digelar, tinggal penetapan paslon terpilih.
Ketua KPU Surabaya, Nur Syamsi mengatakan, tingkat partisipasi pilkada tahun ini tidak jauh berbeda dari pilkada sebelumnya (2015).
"Terkait tingginya angka golput kita coba flash back dalam kondisi normal tanpa pandemi partisipasi di Kota Surabaya hanya 52 persen, pilkada 2020 yang dilaksanakan di tengah pandemi tingkat partisipasinya juga 52 persen," kata Syamsi, Kamis (17/12/2020).
Padahal, kata Syamsi, KPU Surabaya sudah melakukan segala hal baik dari sosialisasi kepada masyarakat agar datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Termasuk menerapkan protokol kesehatan agar masyarakat merasa nyaman hadir di TPS. Namun faktanya partisipasi di tahun 2020 tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan dibanding 2015," jelasnya.
Di satu sisi, Sosiologi Politik Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Agus Machfud Fauzi menilai tingkat partisipasi pemilih pada pilkada tahun ini belum meningkat, karena beberapa faktor penyebab.
Pertama, masyarakat masih merasa takut datang ke TPS karena pandemi Covid-19. Lain hal, cuaca yang menyebabkan hujan setiap harinya yang mengakibatkan banjir di berbagai titik Surabaya.
"Hal itu berpengaruh sedikit banyak terhadap pemilih yang datang ke TPS. Tapi yang paling utama adalah ancaman dari penyebaran Covid-19. Tidak cukup pada takutnya, tetapi pada suasana yang tidak mendukung hal ini, maka mereka belum bisa berpartisipasi," ujar Agus.
KPU Surabaya menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) pilkada sebanyak 2.089.027 orang. Sementara fakta di lapangan tercatat hanya 1.049.334 orang yang dinyatakan sah menggunakan hak pilihnya. Suara tidak sah mencapai 49.135 orang. (mn/lp)